Ada benarnya cinta itu buta, ia tak memandang usia, teman, kerabat, rekan kerja, bahkan tetangga sendiri jika Anda memahami alur cerita ini.
Ini berawal ketika saya dapat nomor ponsel salah satu kerabat dari kakak kandungku. Dia saudara sepupu dari ibuku. Dengar-dengar baru berstatus Janda, menikah baru 3 bulan sudah cerai dikarenakan suaminya masuk meja hijau. Memamgn saya akui, dia salah satu kerabatku yang paling cantik diantara sekian kerabat-kerabat yang lain. Berbadan kecil, wajahnya seperti orang Arab, kulit putih dan suaranya yang unik.
Pertama, saya yang memulai berkomunikasi. Selanjutnya kami tiap hari dan tiap saat selalu berkomunikasi. Cara berkomunikasi kami saat itu seperti komentar facebook, jadi 1 sms bisa dikembalikan dengan ditambahkan jawaban kita masing-masing agar alur pembicaraan tidak menyimpang. Seru dan dapat dinikmati.
Di sela-sela itu, sempat dia bertanya kepadaku, apakah saya punya pacar. Saya pun menjawab dengan polos, yaitu tidak punya. Awalnya saya tidak mengerti apa maksud pertanyaannya, karena saya kira itu pertanyaan yang biasa.
Di lain waktu, kakak kandungku bilang, kok dia sudah jarang bahkan gak pernah lagi sms ke kakak kandungku. Dari situ saya menyadari bahwa semenjak memulai berkomunikasi denganku, dia bersikap berubah pada kakakku. Aku pun diam tak menjawab saat kakakku bercerita.
Kami tak jarang saling telpon. Bahkan ke manapun pergi, ponsel selalu dibawa. Dia pun juga sama. Sampai-sampai ponselku baterainya ngedrop karena sering kupakai telpon saat saya isi bateri.
Akhirnya kami memutuskan untuk bertemu dengan seribu cara. Bisa Anda bayangkan, saya tidak punya motor, sering kali saya pinjam motor punya kakakku dan kakak misan. Sedangkan dia sendiri jarang keluar alias anak rumahan yang tak bisa leluasa pergi seenaknya.
Sungguh membahagiakan bisa bertemu secara langsung. Alhasil, kami sering bertemu dengan cara kita masing-masing.
Akhirnya hubungan yang kami rahasiakan dari siapapun ini terbongkar mulai perlahan. Pertama karena dia salah kirim pesan terhadap kakakku, apalagi isi pesannya yang romantis dan dewasa. Dari sini kerabatku menaruh kecurigaan. Tapi mereka dapat memahami dan beranggapan, wajar karena dia memang masih famili, apalagi baru cerai dari suaminya. Mungkin juga karena saya masih dianggap masih remaja.
Suatu ketika saat pertemuan terakhir, dia memintaku untuk saling terbuka satu sama lain terhadap orang tua masing-masing agar hubungan ini dapat direstui. Belum mengungkapkanya pun, saya sendiri sudah diajak bicara 4 mata sama ibuku untuk membahas hubungan yang kita sembunyikan rapat-rapat. Aku pun bilang apa adanya. Rasanya deg-deg an tak karuan saat diintrogasi oleh ibu dan bapakku.
Di tempat lain, dia pun juga mengungkapkan kepada orang tuanya. Sungguh keadaan berubah menjadi mencekap satu sama lain, karena bagaimana pun ini juga menyangkut harkat martabat sebuah keluarga. Entah bagaiama ceritanya sampai-samapi dia tak sadarkan diri saat ditegur dan dimarahi oleh ayahnya. Ayahnya dia menelpon ke ibuku dan langsung bilang sendiri ke aku. Hmmmm, entah bagaimana rasanya, aku sudah lupa mengingat dan merasakannya.
Akhirnya, ada pihak ketiga yang meluruskan masalah ini dan menghasilkan keputusan bahwa dia akan segeran dinikahkan dengan orang lain. Sedangkan aku harus menata masa depan dengan lebih baik. Wajar saja, karena dia lebih tua dariku, saat itu usiaku masih 23 tahu, sedangkan dia berusia 27 tahun.
Semenjak itulah perubahan sikapku mulai berubah tanpa kusadari. Puncaknya ketika mengantarkan ibuku belanja ke pasar dengan pinjam motornya anak kost. Aku dan ibuku jatuh ditabrak motor dari belakang. Ibu terjatuh kebelakang dengan mengeluarkan banyak darah dari kepalanya, ibu tak memakai helm. Sedangkan aku, hanya muka yang tergores, karena helmnya terbuka saat kupakai.
Ibuku dilarikan ke rumah sakit selama 2 pekan dan mengalami amnesia sementara. Ibuku lupa dengan nama-nama anakanya dan tetangganya. Sedangkan aku, dirawat dirumah saja, ditemani bibi dan kerabat yang lain. Untungnya ada kerabat yang dapat mengatasi motorku yang ditangkap polisi. Saat itu saya belum punya SIM.
Melihat keadaan ini, semau kerabat tidak ada yang menegurku, firasatku mengatakan mereka tahu bahwa psikologiku tak stabil sehingga mereka diam dan hanya menemani. Ada perasaan ingin melihat ibuku di rumah sakit, tapi aku dilarang.
Di sela itu, dia sms ke aku dan minta maaf. Dia beranggapan bahwa ini semua terjadi karena aku memikirkannya. Aku pun menjawab tidak. Dia sempat menangis saat dalam pembicaraan telpon.
Kemudian berselang hari, dia mengirim pesan bahwa mungkin tak akan bisa bertahan lama untuk berkomunikasi denganku, karena dia akan segera menikah. Hmmmm.... rasanya hancur dan tak berbentuk hati ini. Dan aku pun saat itu juga menonaktifkan nomor ponselku. Dia tak menjelaskan waktu kapan menikahnya.
Puncaknya saat aku menghadiri pernikahan Bibiku, ada pembicaraan dari kerabat bahwa dia saat malam itu juga ada acara Pernikahaan. Sontak pikiran hatiku kacau, rasanya ingin cepat pulang. Rasanya ada yang kurang hingga terasa mengganjil dalam perasaan ini.
Alhasil, efek dari kisah ini. Pikiranku tak stabil selama kurang lebih 1,5 tahun kurang. Sampai sekarang pun, jika bertemu langsung bertatap muka dengannya, ada yang terasa aneh dan sampai aku tak berani memandang wajahnya. Jika dalam suatu acara keluarga, aku diam dan menundukkan kepalaku. Tapi kata sebagian kerabatku bilang, bahwa dia sering melihatku.
Akhir cerita, dia adalah Bibiku sendiri.
"Terima kasih kuucapkan atas saran dan pesan kasihmu yang sampai sekarang masih kugenggam. Maafkanku juga atas ketidakmampuanku untuk memenuhi permintaan cintamu"
Cukup sekian ceritanya, semoga bermanfaat...
"Cinta bisa merubah segalanya. Cinta selalu dibarengi dengan nafsu, karena keduanya ibarat tangan dan kaki. Jika sekali terjun ke permukaan permainan cinta, maka selama mungkin tak bisa dengan mudah kamu keluar dari lingkaran permainannya. Cinta yang tulus akan membuat seseorang yang dicintai merasa menyesal jika tak mampu memeluknya. Cinta yang membara cenderung menghilangkan akahl sehat, jadi belajarlah mengimbangi antara perasaan, hati, pikiran dan logika Anda sendiri saat bergejolak. Tak ada salahnya meminta saran dan pendapat saat Anda jatuh cinta kepada orang yang tak sedang jatuh cinta, karena agar menyadarkan logika Anda yang sedang mulai pudar. Cinta yang polos dan lugu sangat berbahaya"
Referensi :
Pengalaman pribadi seseorang.
(nama, tempat dan waktu disamarkan)
jangan-jangan ini pengalaman pribadinya yang punya blog :D
BalasHapus