(nama, waktu dan tempat disamarkan)
Lagi-lagi ini berawal dari sosial media Facebook. Kenapa Facebook? Jawabannya sederhana, karena memang Facebook adalah aplikasi yang sudah merakyat di abad 21 ini. Tidak perduli latarbelakang mereka, semuanya hampir sudah memilik, sehingga waktu saya iktu seminar 1 tahun lalu, jumlah pengguna Facebook adalah pengguna yang mengalahkan populasi jumlah penduduk RRC.
Saat itu, saya membalas komen teman facebookku seperti biasanya. Lalu dari sekian balasan komen ada yang menarik sehingga saya dan dia tertarik satu sama lain karena candanya yang seru. Hingga akhirnya kami menjadi teman. Setelah menjadi teman, kami sudah terbiasa komen setiap hari, baik diberandanya dia maupun diberandaku. Ini berlangsung lama hingga suatu saat dia ingin menelpon, dia berasalan ingin tahu suara saya. Alhasil dia menelpon juga.
Ketika saya terima telpon, dia terdengar menangis, sejurus kemudian dia tertawa. Saya pun bertanya, kenapa tertawa, katanya suara saya yang lucu. Jadi yang awalnya dia menangis kini menjadi canda tawa.
Semenjak itulah mulai akrab hingga memanggil sayang-sayang. Saya sudah terus terang tentang kondisi keluargaku, tapi dia selalu mengalihkan pembicaraan. Sempat curiga tapi tetap kuhiraukan.
Setelah satu sama lain terbelenggu rasa kangen, tiap hari selalu kirim pesan bahkan telpon. Sialnya, ditengah-tengah suasana mulai indah, dia baru bercerita tentang kondisi keluarga yang sebenarnya. Sentak saya terkejut, ternyata dia istri orang, statusnya janda beranak 2.
Mendengar ini, saya tak langsung meninggalkannya. Saya pikir itu tak baik, karena bagaimana pun dia pada waktu itu sedang bersedih. Dia dilema antara suami dan pacarnya. Saya sebenarnya bingung dan ingin saja meniggalkannya, tapi saya tak tega sebagai lelaki.
Dia malah curhat bahwa ia tidak ingin kembali ke suaminya, tapi kepikiran dengan 2 anaknya yang ikut suaminya. Sedangkan pacarnya, ingin menikah segera tapi tak direstui oleh ayahnya. Parahnya lagi, Dia sudah banyak berkorban uang dan perasaan demi pacarnya. hmmmm....
Sedikit banyak saya kasih saran, eh malah saya yang ikut-ikutan terbawa suasana. Dia minta saya untuk menemaninya, karena mengingat suami dan pacarnya hanya membuat ia gelisah dan sedih. hmmm.... Sungguh jadi "ban serep" saya saat itu.
Klikmaksnya terjadi ketika pacarnya meminang dia, pacarnya sempat meneror lewat facebook, inbox dan pesan dengan kata-kata yang kurang sopan agar saya menghindarinya. Sontak saya juga naik darah.
Sampai 6 bulan lalu pun dia sempat inbox saya padahal dia sudah menikah dengan pacar barunya. Bahkan ingin dibuatkan akun Facebook baru agar bisa berkomunikasi denganku. Saya pun menolak karena saya tidak ingin menanggung resiko yang lebih besar lagi.
Sejauh ini saya amati, Sifatnya dia keras kepala, berani terhadap orang laki-laki. Prasangkaku muncul mungkin ini lah yang menjadi dia cerai dengan suaminya dan menikah lagi dengan pacarnya. Suaminya sekarang menjadi teman Facebookku. Meskipun menjadi temanku, cerita tentangnya yang dulu kuketahui, tidak pernah saya ceritakan karena menjaga privasi, hanya memastikan tentang kepribadiannya saja dengan bertanya terhadap suaminya.
"Dunia maya membawa dunia nyata didalamnya."Cukup sekian, semoga bermanfaat ...
"Kesepian diri, membuat malapetaka terhadap dirinya dan orang disekitarnya."
"Jangan bermain cinta jika tidak ingin menerima resikonya."
"Jika sudah milik orang lain, lebih baik hindari agar tidak merusak hubungan seseorang."
"Kemandirian hati yang lembah akan melemahkan akal sehat."
"Jika dari awal sudah bisa merasakan hal yang meragukan, maka tinggalkanlah, karena hal yang meragukan itu tak baik."
"Cinta dapat plin-plan terhadap kondisi keadaan yang dihadapi seseorang."
"Sebisa mungkin selagi jatuh cinta, jangan kesampingkan akal sehat dan logika. Biasanya cinta membutakan akal sehat."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar