Ini berawal dari sosmed Facebook. Waktu itu ada status yang ditulis oleh nama ***, lalu saya komen. Saya kira itu adalah temanku waktu SMA. Waktu komen pertama, saya langsung kaget, kok dia seperti ini ya ... Dia suka canda dan lepas kalau ngobrol. Akhirnya lama-lama lanjut ke inbox, hingga kami akrab di Facebook.
Suatu hari kami bercerita lewat pesan no ponsel, kami sudah dapat nomor masing-masing. Saya maupun dia menduga bahwa ternyata saya salah paham, yang dimaksud salah paham yaitu saya mengira bahwa dia adalah teman waktu SMA. Tapi ternyata bukan, hanya namanya yang hampir sama. Akhirnya saya sedikit malu. Untungnya dia ternyata masih adik kelasku. Jika seandainya saya tidak pindah, pasti saya bisa bertemu langsung.
Hingga suatu hari, kami sudah terbiasa tegur sapa lewat pesan, sekedar mengucapkan selamat kerja ; selamat tidur ; menanyakan sudah makan apa belum. Sampai-sampai dia curhat tentang keluarga dan hal pribadinya seperti yang tidak mau dijodohkan. Emmm bisa dibilang mulai ada rasa tapi masih malu mengatakan satu sama lain. Anehnya kita belum sama sekali bertemu. Itulah anehnya perasaan.
Akhirnya kita tiada hari tanpa komunikasi, setiap hari tak luput dari sms maupun telpon. Pernah suatu hari saya mengatakan bagaimana kalau kita bertemu, dia sepertinya tidak mau. Tapi saya sedikit memaksa. Di sela-sela waktu, dia bertanya sekaligus bercerita tentang temanku. Temanku yang merupakan kakak kelasnya dan juga teman sekelasku yang selulusan juga merupakan mantan kenalannya. Jadi dia bingung, kok saya kenal dua orang yang berbeda. Dia bercerita tentang kedua temanku tersebut.
Setelah mengetahui hal tersebut, akhirnya kedua temanku itu saya temui dan cari informasi tentang dia. Mereka (temanku) menceritakan tentang kepribadiannya itu bagaimana. Alhasil saya dapat informasi yang sangat penting bagiku. Namun dari situ saya mulai sedikti cemas melihat tentang dia.
Suatu hari, karena selama sepekan tidak ada kabar darinya, akhirnya saya memutuskan untuk ke rumahnya. Melihat bagaimana keadaannya agar saya tidak gelisah seperti saat itu. Tidak susah untuk mendapat alamat rumahnya. Karena saya lumayan hafal daerah rumahnya. Dia terkejut saat saya bertemu dengannya. Dia cantik, putih, pokoknya lain waktu di foto profilnya. Hingga saya masih tidak percaya kalau apakah betul memang dia.
Waktu telah berjalan hari demi hari. Hingga akhirnya tiba saat saya mengungkapkan perasaan saya. Sungguh memilukan karena jawabannya mengecewakan. Saat itu kami bertengkar lewat ponsel. Kami beradu argumen hingga sama-sama tegang. Dengan kata lain, kami terpaksa untuk menjauh satu sama lain saat itu.
Dua pekan kemudian, dia mengupdate status bahwa dia sedang berpacaran dengan seseorang ***. Aku pun mengucapkan ucapan selamat padanya. Pikiranku bertambah kacau, betapa teganya dia seperti ini, saya sadar bahwa saya hanya dibuat teman sesaat pikirku waktu itu.
Saya juga belum mengerti, kenapa hubungan kami masih berlanjut tapi tek seindah dulu. Saya pun merasa tidak nyaman. Hingga hubungan ini tak bisa dibilang seperti apa?. Akhirnya lama-lama mulai jarang komunikasi. Pernah sekali dia menulis pesan, dia ingin saya jemput dan tanpa pikir panjang saya pun langsung berangkat. Padahal waktu itu saya baru pulang kerja dan makan belum selesai tapi lansung saya tinggalkan. Ternyata dia tak ada di tempat. Dia bilang bahwa dia sudah pulang karena saya dibilang terlalu lama. Dia meminta maaf padaku. Saat itu keadaan jalan agak macet, saya sedikti mengebut agar bisa bertemu dengannya. Kondisi cuaca sedikti gerimis.
Lain waktu, saya pergi ke rumahnya untuk yang kedua kalinya. Sikapnya aneh dan dingin. Setelah pulang, saya ungkapkan kalau saya kangen, dia bilang bahwa jangan mengatakan itu, karena dia sudah punya pasangan. Mendengar ini, saya jadi merasa orang paling bodoh. Kenapa bisa saya seperti ini.
Hingga sekitar 6 bulan lalu ada sms masuk ke ponselku, "mas, aku pekan depan menikah, kalau ada waktu mampir ya mas...", saya tanya ini dari siapa. Dan Ternyata ini dari dia. Saya pun tidak hadir karena jam kuliah saya yang padat. Alasan kedua adalah menjaga hari agar tak menjadi sakit. Yang ketiga, maafkan saya jika dia memang benar-benar ingin bertemu denganku.
"Cinta dapat menembus ruang dan waktu".
"Jangan memanfaatkan orang lain hanya sebagai hiasan waktumu semata, karena mereka bukanlah patung hidup."
"Jika itu mustahil bagimu, maka jangalah sekali-kali berani untuk meraihnya, karena semakin berharap sakitpun dalam".
"Cinta banyak menguji kesetiaan, kedalaman perasaan, perhatian dan akal sehatmu."
"Cinta datang tak terduga dari mana asal mereka datang."
"Kenalilah dengan baik, siapa dia, bagaimana dia, kepribadiaannya agar kamu tak kehilangan arah untuk bersikap, jika tidak, itu adalah merupakan salah satu kesalahan dalam menaruh dan memberikan perasaan."
Cukup sekian... semoga bermanfaat....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar