Selasa, 01 Desember 2015

Cinta Terhalang Restu

Siapa bilang cinta adalah segalanya. Siapa bilang cinta adalah buta. Sependapat apa tidak yang jelas cinta memang berbeda-beda tiap orang. Jadi mulailah bijak dalam menganggap wajah cinta.

Kali ini akan saya coba menulis kisah tentang Cinta Terhalang Restu. Ini kisah yang bisa dijadikan pelajaran buat pembaca sekaian entah sekedar iseng maupun menambah pengalaman.
 (Nama dan tempat disamarkan)

Kisah ini berawal dari seorang adik perempuanku yang sudah menikah di Bulan Agustus 2015 kemarin. Dia memperkanalkan teman baiknya kepadaku. Tanpa pikir panjang pun saya menerimanya. Padahal sebetulnya saya sudah memiliki status hubungan dengan yang lain meskipun belum jelas kemana arah tujuannya.

Dibilang kenalan tapi sebelumnya sudah pernah ketemu dengannya baik dia maupun aku. Dia sering ke rumah tapi saat itu saya tidak ada dirumah (kerja di luar kota). Saya pun pernah mengantarkan adik perempuanku ke rumahnya, bahkan adikku sering menginap di sana.

Karena kami sudah saling lebih mengenal satu sama lain, kami semakin hari semakin dekat komunikasinya. Maklum komunikasi kami terbatas karena dia adalah anak santriwati di salah satu Ponpes terkenal di daerahnya. Alhasil, kami hanya bisa lewat pesan singkat dan sekedar dengar suaranya.

Dalam sepekan kami sudah merasa cocok, bukannya gampangan tapi memang itulah kami rasakan. Maunya dia saya mengerti dan begitu juga sebaliknya sehingga tanpa perlu bertele-tele kami langsung meminta doa kepada orang tua masing-masing.

Sungguh sebuah hari yang menggembirakan saat orang tua kami saling merestui. Bukan berarti ' tiada asap tanpa api ' tapi memang kedua orang tua kami sudah saling kenal :) . Itulah sebabnya segalanya terasa lancar dan cepat.

Aku pun senang tiada duanya, begitu juga dengannya.

Namun suasana indah itu hanya berumur 3 hari. Sebuah keadaan yang tiba-tiba berubah dengan cepat tanpa diduga sama sekali. Dan kami pun berdua sama-sama menenangkan diri.

Putri dari Kyai (Neng dalam Bahasa Jawa) tidak memberikan doa restu, sehingga kedua orang tuanya mengitkuti kehendaknya (Neng). Akhirnya dengan terpaksa maksud dan tujuan untuk melamarnya pun dibatalkan. Padahal saat itu H-1 kami sekeluarga akan ke rumahnya untuk melamar.

Ternyata bukan saja aku maupun dia yang gelisah, kedua orang tua kami pun ikut gelisah. Alasan kuat kenapa orang tua dia mengikuti kehendak Neng karena mereka adalah keluarga yang dekat. Sehingga kami pun yang merasa dari 'orang luar' dapat memahami situasi seperti ini.

Dalam hal ini kami semua merasa kehilangan. Orang tua sudah saling memberi restu dan senang dapat menjadi Besan. Tidak hanya itu, saya dan dia pun sama-sama merasa semisi dan sevisi dalam hidup. Inilah yang paling memberatkan buat semuanya.

"Cinta begitu cepat datang dan pergi. Dia datang dari segala arah. Kenapa kedatangannya begitu misterius tapi kepergiannya jelas dan nyata."


Tidak ada komentar:

Posting Komentar