Minggu, 29 November 2015

'Teman Makan Teman'

Teman merupakan salah satu faktor penting dalam menjalani hidup. Karena mereka bisa menjadi siapa saja, bisa menjadi sahabat, menjadi orang tua, menjadi guru, menjadi pembimbing, tempat curhat, motivator, inspirator dan lain sebagainya. Namun apa jadinya jika seorang teman tega mempermainkan temannya sendiri, entah terlepas dendam, iseng maupun tak disengaja. Sungguh hal ini sangat menyakitkan sekali.

Oleh karena itu, dalam perjumpaan kali ini akan saya contohkan sedikit cerita tentang bagaimana cerita pendek nyata "Teman Makan Teman".



(Nama dan tempat disamarkan)
Cerita ini berawal ketika seorang teman lamaku waktu SMA yang berdomisili di Jakarta. Kami sering berbincang-bincang lewat seluler. Maklum kami sudah hampir 8 tahun tidak ketemu semenjak lulus dari SMA. Kebetulan kami sekelas jurusan IPA.

Suatu hari dia mengubungi saya seperti biasanya. Dalam perbincangan itu, dia memberitahukan ada teman sekelas yang masih jomblo sama denganku. Dia memberi support dan arahan terhadapku. Bukannya lugu dan 'gampangan' , tapi saran temanku ini aku resapi dalam-dalam sehingga aku memutuskan untuk mencoba atas saraannya tersebut.

Alhasil setelah 2 minggu kami (saya dan perempuan itu) berkomunikasi dan mulai tegur sapa satu sama lain. Sebulan lamanya kami sudah menjalin komunikasi namun terasa hampa, seolah saya yang terlalu 'bernafsu' sehingga aku pun sadar diri dan mulai mengurani tempo komunikasi.

Namun setelah itu, komunikasi mulai membaik, dia terlihat sedikit mulai perhatian semenjak komunikasi jarang terjalin, maklum karena saya juga sudah jarang tegur sapa dia.

Semenjak itu sudah mulai sering telepon. Sempat aku ajak keluar jalan-jalan tapi sulitnya minta ampun. Yahhh sempat jengkel juga sih. Sudah berbagai cara agar bisa keluar jalan-jalan tapi selalu nihil.

Akhirnya suatu hari dia mengusulkan ide untuk reuni karena temanku yang dari Jakarta akan datang ke kami. Sontak kami dan teman lainnya bergembira mendengar kabar ini mengingat sudah sekian lama tidak bertemu.

Singkat cerita, Acara Reuni ini pun sudah terlaksana dengan baik meski tidak semua teman-teman bisa hadir. Selepas acara tersebut, saya dengan memberanikan diri menanyakan status hubunganku dengan dia. Dia pun akhirnya membuka diri dan memberi jawaban kalau ternyata dia minta sebatas teman. Hmmmm bisa dibayangkan rasa sakit dihati ini. Saya pun menerima dengan lapang dada.

Selepas itu komonikasi sudah terasa datar dan hampa. Di lain hari h+2 setelah acara reuni, saya dengar dari teman dekatku (laki-laki) bahwa  temanku yang dari Jakarta sedang dekat dengan dia (yang mengajak sebatas teman denganku). Hmmmm sontak terasa panas hati ini. Tapi aku biarkan saja sambil menunggu kabar selanjutnya bagaimana.

Bagaimana tidak sakit, saya dan teman dekat saya yang selama itu membantu mereka untuk bertemu. Jadi singkat cerita, kami (saya dan teman dekat saya laki-laki) merasa bahwa kita dijadikan 'boneka' buat mereka berdua. Semenjak itu kami benar-benar kecewa dan tak perduli teman lama maupun baru kalau memang ternyata sikapnya seperti itu, kami sudah tak menggapnya teman baik lagi.

Temanku (Jakarta) mengambil muka dihadapan perempuan tadi. Dia memperlihatkan kejantanannya dengan berperilaku seolah-olah anak kaya, gengsi dan pengertian. Tapi dibalik itu kami yang merasa dirugikan.

" Jangan terlalu percaya terhadap teman sekali pun teman baik dan dekat. Karena kepercayaan itu suatu saat bisa menjadi pengkhianatan yang menyakitkan. Anggaplah sama baik teman dekat maupun jauh, baik teman lama maupun hari. Untuk mengetahui apakah mereka benar-benar sahabat, cukuplah kita uji dengan kita berkorban, sampai sejauh mana mereka akan membalas atau merespon pengorbanan kita. Dari situ akan tampka apakah mereka benar-benar sahabat apa teman yang datang hanya jika ada kemauannya."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar