Kamis, 09 April 2015

Cinta Pertama

Bagaimana rasanya cinta ditolak. Hmmm rasanya sangat sakit dan tidak dapat diuraikan dengan kata-kata. Apalagi itu adalah untuk pertama kalinya mengungkapkan perasaan terhadap pujangga hatinya. Nah bagaimana alur ceritanya, simak cerpen dibawah ini ya .....
( nama, waktu dan tempat saya samarkan)

Waktu itu saya masih duduk di bangku kelas XI jurusan IPA. Saya merupakan salah satu siswa pindahan dari lima murid yang pindahan. Kelas terasa ramai, sesak dan penuh, karena memang siswanya berjumlah mencapai 54 anak. Kelas ini banyak anak perempuannya, sedangkan anak laki-lakinya sedikit. Kebetulan juga bintang kelas didominasi anak perempuan.

Peristiwa ini terjadi 2 tahun kemudian tepat 1 bulan sebelum ujian UAN. Waktu itu saya mengungkapkannya lewat surat dengan tulisan berpuisi, seingat saya sekitar ada 4-5 bait, tiap bait terdiri dari 4 baris. Isi tulisan itu saya tulis sesuai dengan naluri dan perasaan saya yang sedang dialami.

Ironisnya, jawaban saya dapat ketika sudah lewat tepat 2 pekan setelah saya kirimkan suratnya. Ketika itu, dia duduk di bangku paling belakang dan saya menghampirinya. Kemudian saya tanyakan bagaimana jawaban cinta dia, dia berkata "Maaf ya ... Saya tidak bisa ...". Saya lihat dia berbicara sedikit ketakutan, anehnya saya merasa seperti berada di area pemakaman yang awalnya kelas terasa ramai dengan canda -tawa teman sekelas, sontak suasana begitu berubah menjadi sepi dan mencekam seperti saya merasa ketakutan. Saya merasa lemas, seolah saya merasa sendirian di tengah halaman yang sangat luas.

Setelah mendengar jawabannya, akhirnya saya bergegas pergi dan menghindari dari pandangan dan kontak mata dengan dia. Itu saya lakukan tiap hari. Hingga untuk mengalihkan perhatian, saya iseng gemar membaca buku dan bernyanyi di kelas dengan teman-teman. Sampai sekarang pun ternyata gemar membaca dan bernyanyi itu saya rasakan, padahal saya sebelumnya tidak suka bernyanyi dan malas membaca.

Tidak cukup sampai disini, saya sempat absen 2 pekan tidak masuk kelas dengan alasan sakit. Di rumah pun saya masih belum bisa menenangkan diri, kakak saya pun akhirnya menasihati. Yang saya rasakan saat itu, saya tidak ingin melihatnya lagi.

Ketika sudah masuk kelas lagi, saya cenderung diam dan menyendiri. Menjauhi kelas, menjauhi pandangan mata agar tidak melihat dirinya. Sampai ketika bertemu pun saya memalingkan wajah dan berusaha mencari jalan lain agar tidak bertatapan ketika bertemu dijalan.

Hingga waktu sampai Ujian Nasional (UN), baru kali ini bisa mengobrol dan bercanda dengannya. Walaupun sebatas itu, tapi hati ini sudah mulai tenang, sakit yang dulu terobati. Anehnya, mata ini tak bisa lepas jauh darinya. Seolah-olah tiap saat harus melihat wajahnya, senyumnya, mendengarkan suaranya dan melihat tingkah lakunya.

Waktu berlalu hari demi hari, ternyata saya tak menyadari bahwa pertemuan saat wisuda adalah pertemuan untuk yang terakhir kalinya. Sesalku, aku selalu menghindar darinya saat hari wisuda. Hal yang membuatku gelisah adalah selama setahun saya benar-benar gelisah dengan perasaan ini. Tiap hari berharap datang dan berada di depanku, tapi kenyataannya adalah tidak, sakit rasanya.

Tanpa diduga, kehadiran wanita lainlah yang bisa mengobati rasa seperti ini. Meskipun tak se-sayang dulu tapi sudah mulai bisa membedakan rasa suka terhadap wanita setelahnya.

Ada cerita unik dan tak lazim saat saya mengejar cinta dia. Kebetulan dia memang cantik, berwajah oval dan berkulit putih, suara keras dan melantang, mata lebar, humoris dan supel. Waktu itu saya menjadi salah satu Panitian Penerimaan Siswa Baru, tiba-tida ada salah satu guru yang masih Single, menantang saya untuk mendapatkan gadis yang suka saat itu. Memang guru tersebut tampan, tapi menurutku cinta tak hanya mengandalkan wajah. Saya hanya tersenyum saja mendengar tantangannya. Beliau berucap sedikit sombong padaku. Alhasil, sebulan kemudian ada gosip tersebar bahwa guru tadi melamar gadis yang kusuka, ternyata ditolak oleh orang tuanya. Disitulah saya merasa menang dan bahagia tentang ketenangan batin, bahwa jangan menganggap cinta adalah tantangan maupun ajang pembuktian diri status.

"Kedatangan cinta tak dapat diduga, sekali datang, kita tak bisa menolak. Terkadang tak ada alasan untuk bisa orang jatuh cinta, baik karena kecantikannya, kecerdasannya, maupun kepandainya. Bisa jadi asal suka saja tanpa ada alasan yang logis."

"Ciri-ciri jika seseorang yang saling suka, jika diantara salah satunya merasakan sakit, maka yang lain juga merasakan sakit. Jadi berbahagialah jika pasangan Anda pandai menyembunyikan kesedihan, kegelisahan dan kecemburuan pada Anda. Selain itu, jika dia perhatian yang berlebihan atau yang tidak lazim pada umumnya, bisa dikatakan dia suka pada Anda."

 Ajaklah berbicara dan usahakan dapat berkomunikasi dengan cara apapun jika Anda menyukai seseorang, dengan begitu hati Anda akan merasa lega dan tenang. Apabila ia sangat sensitif, maka ia dapat merasakan dengan instingnya bahwa Anda menyukainya, hal ini dapat dirasakan olehnya. Jadi jangan ragu dan malu selama Anda belum menyatakannya. Jika Anda memutuskan untuk mengatakannya, maka ada 2 hal yang berbeda yang akan Anda rasakan yaitu senang/bahadia atau sedih/gelisah. Semua akan berubah dengan seiring waktu."

"Hukum cinta berlaku bagi semua manusia tanpa melihat usia baik anak-anak, remaja, sekalipun orang dewasa."

Semoga bermanfaat ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar