Saya bertemu dengannya sekitar kurang lebih 4 tahun yang lalu. Entah tepatnya tahun berapa saya lupa. Namanya Adi (nama samaran). Dia ke rumah adik sepupuku, waktu itu saya kebetulan berkunjung ke rumahnya. Awalnya tidak ada rasa curiga atau sejenisnya. Kita sempat ngobrol panjang. Dia sepertinya tipe humoris dan enak kalau diajak berbicara.
Kira-kira 2 tahun kemudian, Adi meminang adik sepupuku. Saya pun merasa ikut bahagia melihat saudaraku sudah menemukan jodohnya. Singkat cerita dia sudah memiliki anak perempuan. Sekarang usianya masih sekitar kurang lebih 6 tahun. Profesi suami adik iparku ini sebagai buruh (tukang bangunan).
Suatu hari konfilk terjadi, entah apa yang sedang terjadi saya pun belum tahu yang sesungguhnya. Konon, kepala adik sepupuku dibenturkan terhadap tembok rumah. Spontan keluarga dari adik sepupuku pun geram dan tidak bisa menerima perlakuan yang semacam ini. Adik ipar dari bapakku akhirnya turun tangan dan menghadap terhadap mertua dari adik iparku. Persisnya saya tidak tahu apa yang mereka bicarakan.
Keadaan yang semacam ini berlanjut lama sekitar 2 tahun. Akhirnya adik sepupuku pun bercerita bagaimana kronologi yang sebenarnya. Aku pun dapat memahami bagaimana perasaannya. Bisa dibayangkan, adik sepupuku ini, dia hidup dan diasuh oleh nenekku. Dia kurang kasih sayang dari seorang ayah hingga ia menikah. Dia bilang bahwa suaminya sering kali menyisihkan uang dari hasil kerjanya untuk adik dan ibunya. Hingga istrinya kadang-kadang tidak dapat sisanya. Inilah yang merupakan salah satu penyebab guncangnya rumah tangga. Dia sering mendengarkan arahan ibunya tapi tidak dengan istrinya.
Setelah keadaan semakin memanas, selama itu pula anak perempuannya di jampi-jampi (diguna-guna) agar lupa dengan ibunya (adik sepupuku). Efeknya, ketika si anak ini bertemu dengan ibu kandungnya sendiri, ia merasa ketakutan, menangsi saat disentuh dan ingin menjauh darinya. Sungguh malang adikku.
Singkat cerita, kini adik sepupuku menikah lagi dengan seorang duda yang sama-sama punya anak. Sepertinya mereka bahagia, karena mereka (adik sepupuku dan suami barunya) terlihat dalam keadaan baik-baik saja. Bahkan 4 hari yang lalu saya bertemu dengannya.
Semoga kalian dapat hidup berumah tangga dengan baik, aman, sejahtera dan makmur. Amin....
"Cinta saja belum cukup untuk menopang jalannya kehidupan berumah tangga. Banyak hal yang harus dipelajari seperti sikap tehadap mertua, istri, anak maupun famili. Karena hidup selalu belajar, belajar dan belajar dari waktu ke waktu. Perceraian mengakibatkan beban pikiran terhadap si anak kelak ketika dia sudah beranjak dewasa. Saya harap tulisan ini dapat membantu inspirasi dalam kehidupan Anda. Salam sehat selalu."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar